Kala itu di pagi hari buta, aku terbangun di subuh
hari untuk keluar sekedar membeli susu coklat dan sejenis
roti-rotian murah di Circle K, kaliurang sebagai penyangga laparku mengantisipasi perut kosong menjelang pertandingan lari.
Ya, pada waktu itu aku memberanikan diri untuk ikut lomba lari 1500 m di pekan olahraga dan seni yang diselanggarakan oleh UGM. Ada banyak cabang olahraga yang diperlombakan dan yang menjadi sorot mataku adalah bidang atletik. Aku suka lari, rutinitas (kewajiban) yang aku jalankan setiap hari bila memang tidak ada halangan. Januari 2018, aku mulai iseng-iseng lari di graha sabha pramana UGM. Moot Court Frans Seda yang mengharuskan delegasinya untuk latihan setiap hari ditambah saat itu masih suasana libur semester, sekembalinya aku dari Lubuk Pakam dengan jatah libur 10 hari cukup membuat aku terpukul, tidak siap meninggalkan orangtua dirumah. Teman-teman seperkuliahanku yang masih dikampung halamannya masing-masing membuat aku frustasi. Sore-sore buta aku mulai lari. Bahkan setengah dari panjang GSP tidak dapat aku lalui, 30 detik lari sudah membuat aku lelah dan sesak nafas, kembali dengan berjalan pelan lalu dilanjutkan lari.
Tidak ada tujuan ku saat itu, hanya sekedar lari lari dan lari, melihat orang-orang lari atau sekedar nongkrong, senang rasanya menghabiskan sisa libur semester. Setiap hari aku pergi lari dengan mengfleksibelkan waktuku hingga pada bulan April 2018 sesudahnya aku menyelesaikan lomba peradilan semu. Akhir april menjelang mei 2018, aku mulai melihat kemampuanku dalam berlari, tingkat endurancenya oke juga.
P.O.R.S.E.N.I.G.A.M.A
Beberapa alasan membuat diriku sendiri menjadi ciut, namun hal tersebut hanya terlintas sejenak. Aku kembali
fokus lari memutari 4 putaran. Lap 1-3 aku memang memimpin tetapi ketika
memasuki putaran terakhir, akupun disusul dari belakang perwakilan Fakultas Kedokteran Hewan, kakiku mulai lelah nafasku mulai pendek, langkahku
pun mulai melambat. Seiring mendekati garis finish aku pikir aku akan mendapatkan perak
karena perwakilan FKH sudah tidak bisa aku kejar lagi, tiba-tiba disusul oleh
perwakilan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dari belakang dengan sangat kencang,
hanya beda beberapa detik, aku akhirnya meraih perunggu yang berarti posisi
ketiga.
So blessed Thalitha dan Septi selaku supporter setia di panggung penonton membawa jajanan kecil dan indomie bungkus, bangun pagi-pagi buta berjalan dari kosan di daerah Deresan. Senang rasanya mengingat hal itu, mereka yang selalu support dalam setiap kegiatanku, tak luput dari kesibukan duniawi mereka <3
Sampai pada hari ini 18 November 2018, track record lari di GSP 8-12 putaran nonstop dan stadion Pancasila 10 putaran nonstop. Lari sudah menjadi kebiasaan yang mana kalau kata orang olahraga bisa membuat kita bahagia, aku setuju. Semenjak aku rutin berolahraga, pikiran postif senantiasa terbawa dan juga lari sudah menjadi obat jitu jikalau aku merasa sedih.
Komentar
Posting Komentar